Pengalaman Student Exchange ke Chiang Mai, Thailand
Hari ini tepat tiga bulan kurang satu hari saya di Thailand. Terasa cepat sekali waktu berlalu. Namun rupanya banyak juga perubahan yang terjadi pada kehidupan saya dalam 91 hari terakhir.
Saya kesini untuk student exchange, meskipun berangkat dengan modal pas-pasan. Misalnya, walau nilai TOEFL memadai, kemampuan speaking saya masih terbatas, karena jarang sekali praktik sewaktu di Indonesia. Waktu pertama kali naik pesawat internasional, saya kagok ketika pramugari menawari saya minuman. Dengan gugup saya cuma jawab, "orange juice". Di samping saya waktu itu, seorang ibu dari Indonesia yang juga akan studi di Thailand, program S3. "Do you have mineral water?" "Yes" "I would like mineral water, please." Begitu kurang lebih sang ibu bercakap dengan pramugari Thai Airways waktu itu. Saya malu.
Lalu seiring pesawat mulai terbang jauh dari Soekarno-Hatta, saya sudah tidak terlalu memikirkan hal itu lagi. Makanan dan minuman yang datang silih berganti mengalihkan fokus saya dan membuat mood positif. Selain itu, saya juga bisa nonton film bagus-bagus di layar di depan tempat duduk saya. So yeah, saya terlalu sibuk menikmati terbang di pesawat mewah, sampai tidak sempat malu lagi.
Tidak terasa 3 jam lebih berlalu, sampailah saya di Suvarnabhumi International Airport di Bangkok. Wow, I can't believe it. Finally, saya ke luar negeri!
Haha, memang norak sekali. Sejak SMA atau awal kuliah, saya punya keinginan yang kuat sekali untuk ke luar negeri. Melihat-lihat negara orang. Bahkan setahun lalu saya pernah beli tiket AirAsia untuk ke Malaysia, promo, murah sekali. Namun batal karena tidak ada biaya untuk akomodasi dan lain-lainnya. Maka ketika sekarang bisa ke luar negeri, saya senang sekali. Gratis pula.
Karena baru pertama, maka setelah keluar dari pesawat, saya mengikuti saja kemana penumpang lain pergi. Sambil tentunya baca rambu-rambu yang ada. Sampai akhirnya saya menemukan bagian imigrasi. Disitulah saya mengisi departure card dan mendapatkan stempel pertama kalinya di paspor yang sudah saya buat 2 tahun lalu ini.
Sebetulnya saya merasa takut juga waktu di imigrasi, takut malu karena diajak ngobrol Bahasa Inggris lagi. Eh, ternyata cuma gerak-gerak aja, wus wus, semua berlalu. Lalu saya menuju ruang tunggu untuk sejam kemudian terbang ke Chiang Mai.
Di ruang tunggu, saya membuka laptop, lalu akses internet. Saat asyik Facebookan, tiba-tiba seorang Jepang datang dan tanya, "Can you access internet?" Saya jawab, "Yes I can". Lalu orang Jepang tersebut bertanya bagaimana bisa. Lalu saya jelaskan bahwa dia harus register dulu, sambil langsung mendemonstrasikan bagaimana caranya. Saya cukup senang karena saat itu saya dapat berkomunikasi dengan baik dengan si Jepang. Ya mungkin karena level Bahasa Inggrisnya sama kali ya, jadi gak ngerasa minder. Hehehe
Lanjut ke Part 2...
Saya kesini untuk student exchange, meskipun berangkat dengan modal pas-pasan. Misalnya, walau nilai TOEFL memadai, kemampuan speaking saya masih terbatas, karena jarang sekali praktik sewaktu di Indonesia. Waktu pertama kali naik pesawat internasional, saya kagok ketika pramugari menawari saya minuman. Dengan gugup saya cuma jawab, "orange juice". Di samping saya waktu itu, seorang ibu dari Indonesia yang juga akan studi di Thailand, program S3. "Do you have mineral water?" "Yes" "I would like mineral water, please." Begitu kurang lebih sang ibu bercakap dengan pramugari Thai Airways waktu itu. Saya malu.
Lalu seiring pesawat mulai terbang jauh dari Soekarno-Hatta, saya sudah tidak terlalu memikirkan hal itu lagi. Makanan dan minuman yang datang silih berganti mengalihkan fokus saya dan membuat mood positif. Selain itu, saya juga bisa nonton film bagus-bagus di layar di depan tempat duduk saya. So yeah, saya terlalu sibuk menikmati terbang di pesawat mewah, sampai tidak sempat malu lagi.
Tidak terasa 3 jam lebih berlalu, sampailah saya di Suvarnabhumi International Airport di Bangkok. Wow, I can't believe it. Finally, saya ke luar negeri!
Haha, memang norak sekali. Sejak SMA atau awal kuliah, saya punya keinginan yang kuat sekali untuk ke luar negeri. Melihat-lihat negara orang. Bahkan setahun lalu saya pernah beli tiket AirAsia untuk ke Malaysia, promo, murah sekali. Namun batal karena tidak ada biaya untuk akomodasi dan lain-lainnya. Maka ketika sekarang bisa ke luar negeri, saya senang sekali. Gratis pula.
Karena baru pertama, maka setelah keluar dari pesawat, saya mengikuti saja kemana penumpang lain pergi. Sambil tentunya baca rambu-rambu yang ada. Sampai akhirnya saya menemukan bagian imigrasi. Disitulah saya mengisi departure card dan mendapatkan stempel pertama kalinya di paspor yang sudah saya buat 2 tahun lalu ini.
Sebetulnya saya merasa takut juga waktu di imigrasi, takut malu karena diajak ngobrol Bahasa Inggris lagi. Eh, ternyata cuma gerak-gerak aja, wus wus, semua berlalu. Lalu saya menuju ruang tunggu untuk sejam kemudian terbang ke Chiang Mai.
Di ruang tunggu, saya membuka laptop, lalu akses internet. Saat asyik Facebookan, tiba-tiba seorang Jepang datang dan tanya, "Can you access internet?" Saya jawab, "Yes I can". Lalu orang Jepang tersebut bertanya bagaimana bisa. Lalu saya jelaskan bahwa dia harus register dulu, sambil langsung mendemonstrasikan bagaimana caranya. Saya cukup senang karena saat itu saya dapat berkomunikasi dengan baik dengan si Jepang. Ya mungkin karena level Bahasa Inggrisnya sama kali ya, jadi gak ngerasa minder. Hehehe
Lanjut ke Part 2...
Comments
Post a Comment